Senandika Palestina
Rp 48.000
Judul : Senandika Palestina
Penulis : Yusroh
Penerbit : Simpang Nusantara, 2025
Tebal : viii + 148 hlm.
Penulis : Yusroh
Penerbit : Simpang Nusantara, 2025
Tebal : viii + 148 hlm.
Dua tahun berkonflik antara Israel-Hamas sejak serangan 07 Oktober 2023, setidaknya telah menewaskan lebih dari enam puluh ribu warga Palestina, dan sepertiganya adalah anak-anak. Kondisi memilukan ini akhirnya mendorong 157 negara anggota PBB mengakui Palestina sebagai negara berdaulat setelah 12 September 2025, Majelis Umum (MU) PBB menyetujui deklarasi tentang penyelesaian damai masalah Palestina dan implementasi solusi dua negara dengan Israel. Situasi ini tentu disambut baik oleh banyak warga dunia, setidaknya pasca gencatan senjata Israel-Hamas yang diumumkan 10 Oktober 2025 lalu, meski selanjutnya masih diliputi dengan berbagai pelanggaran.
Jika konflik dua tahun terakhir ini begitu memilukan, pernahkah Anda membayangkan kondisi Palestina yang begitu menderita hampir sepanjang abad ini? Nah, buku di depan Anda ini mencoba menggambarkan situasi tersebut melalui antologi puisi yang didasarkan dari pengalaman penulis secara langsung. Ia sudah dua kali menyusuri jejak-jejak suci dan luka di Palestina. Oleh karena itu, setiap baris dan baitnya terasa sebagai ungkapan kerinduan terhadap Yerusalem, kota suci yang merupakan pusat spiritual dan perjuangan, serta simbol keteguhan dan doa umat Muslim, Nasrani, dan Yahudi yang hidup berdampingan di tanah penuh sejarah ini.
Puisi-puisi dalam antologi ini membentangkan kisah dan suasana dari berbagai sudut Palestina, mulai dari Jericho yang menyimpan mata air Nabi Ilyasa’, puncak Nebo yang menjadi saksi Musa, hingga gerbang kota suci Yerusalem dan keheningan subuh di Masjid Al-Aqsa. Ada pula kisah Betlehem, rumah bagi bayi Isa yang penuh harapan, serta Hebron, kota Nabi Ibrahim yang menyimpan sejarah panjang dan pengorbanan. Selamat mengembara!
Jika konflik dua tahun terakhir ini begitu memilukan, pernahkah Anda membayangkan kondisi Palestina yang begitu menderita hampir sepanjang abad ini? Nah, buku di depan Anda ini mencoba menggambarkan situasi tersebut melalui antologi puisi yang didasarkan dari pengalaman penulis secara langsung. Ia sudah dua kali menyusuri jejak-jejak suci dan luka di Palestina. Oleh karena itu, setiap baris dan baitnya terasa sebagai ungkapan kerinduan terhadap Yerusalem, kota suci yang merupakan pusat spiritual dan perjuangan, serta simbol keteguhan dan doa umat Muslim, Nasrani, dan Yahudi yang hidup berdampingan di tanah penuh sejarah ini.
Puisi-puisi dalam antologi ini membentangkan kisah dan suasana dari berbagai sudut Palestina, mulai dari Jericho yang menyimpan mata air Nabi Ilyasa’, puncak Nebo yang menjadi saksi Musa, hingga gerbang kota suci Yerusalem dan keheningan subuh di Masjid Al-Aqsa. Ada pula kisah Betlehem, rumah bagi bayi Isa yang penuh harapan, serta Hebron, kota Nabi Ibrahim yang menyimpan sejarah panjang dan pengorbanan. Selamat mengembara!